Pages

Selasa, 31 Mei 2011

Kualitas


Selasa, 31 Mei 2011. Di hari Rabu (25/5) minggu kemarin, Pak Amril menjelaskan sedikit mengenai kualitas. Tentang aspek-aspek dari kualitas yang dapat mempengaruhi daya beli pelanggan serta analisis dari kualitas tersebut.

Membicarakan mengenai kualitas, seperti yang dijelaskan oleh Pak Amril ada aspek atau paradigma didalamnya, diantaranya yaitu produk tersebut merupakan produk satu-satunya, tidak ada pesaing atau bersifat absolut serta tiada tanding tiada banding. Misalnya UNJ yang menjadi satu-satunya Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta dengan biaya pendidikan yang terjangkau untuk segmen menengah. Selain itu kualitas juga dilihat dari segi relativitasnya, apakah produk tersebut memiliki nilai relatif atau dengan standar yang dapat berubah-ubah. Contohnya nilai UAN yang berubah-ubah tiap tahunnya. Serta melihat dari customer satisfaction (kepuasan pelanggan), apakah produk yang ditawarkan dapat membuat pelanggan merasa puas ketika membeli produk tersebut.

Ketiga aspek tersebut diatas nantinya akan mempengaruhi daya beli pelanggan. Hal ini dapat dilihat dari harga produk yang ditawarkan dan consumer behavior (perilaku konsumen). Itulah mengapa pasar lebih memilih memasarkan produk yang menekankan pada segmen wanita, hal ini disebabkan karena wanita lebih mudah dibujuk dan tergiur untuk membeli sesuatu. Prinsip ini merupakan prinsip dagang orang Indonesia, yaitu NOW OR NEVER.

Namun di dalam pendidikan, kualitas tidak ditentukan oleh kepuasan pelanggannya. Karena pendidikan merupakan nobel industry, dimana didalamnya lebih mengutamakan value (nilai) sehingga lebih menekankan pada segi kedisiplinan dan prestasi. Misalnya di sekolah dibuat tata tertib bahwa siswa masuk sekolah pukul 07.00, hal tersebut tidak boleh dilanggar siswa karena akan mendapat sanksi dan siswa tidak bisa seenaknya saja masuk kelas lebih siang.

Iklan yang dibuat untuk mempromosikan produk yang akan dipasarkan pun harus berkualitas. Karena iklan dibuat untuk lebih membentuk image dari produk tersebut. Sehingga pada saat konsumen melihat iklan tersebut, konsumen dapat mengetahui manfaat atau keuntungan apa yang bisa didapat ketika dia mengonsumsi produk tersebut. Contohnya iklan rokok dibintangi oleh model yang macho untuk memunculkan image bahwa merokok bisa membuat orang merasa lebih macho dan gagah.

Selanjutnya Pak Amril juga menjelaskan mengenai proses analisis kualitas. Dimana kegiatan ini dilakukan menggunakan metode fish bone analysis (analisis tulang ikan). Kegiatan analisis ini digambarkan beliau sebagai berikut
Disini dijelaskan bahwa ketika menganalisis kualitas, maka didalamnya terdapat faktor-faktor diantaranya marketing (cara memasarkan produk tersebut), SDM (siapa saja orang-orang yang membuat produk tersebut), produk itu sendiri, goodwill (nama baik perusahaannya), kemasan (bagaimanakah produk itu dikemas sehingga bisa tampil menarik), place (lokasi yang tepat untuk memasarkan produk tersebut), serta harga (apakah sesuai dengan manfaat yang diberikan produk tersebut). Untuk melakukan analisis fish bone ini, dibutuhkan marketing intelligence untuk memantau kondisi pasar (misalnya keinginan konsumen atau hal apa yang sedang diminati masyarakat) yang nantinya akan dilaporkan kepada konsultan perusahaan. Konsultan inilah yang menjembatani dan menginformasikan keinginan pasar (pembeli) kepada penjual, agar nantinya penjual dapat memuaskan pelanggan dengan produk yang sesuai dengan keinginan pembeli.

Ketika memasarkan produk, dibutuhkan seorang brand image untuk membicarakan kualitas dari produk yang akan dipasarkan. Hal ini dilakukan dengan cara testimoni. Biasanya brand image disini orang yang sudah cukup dikenal dan dilakukan dengan orang yang kita kenal. Misalnya artis. Cara ini disebut dengan personal guarantee.